Tarian Tradisional Dari Jawa Barat
Tari Topeng
![]() |
Tari Topeng |
Tarian ini diambil
dari cerita rakyat tentang Sunan Gunung Jati yang saat itu sedang menguasai
kota Cirebon, hingga suatu saat diserang oleh Pangeran Welang. Pada saat itu
Sunan Gunung Jati tidak bisa menandingi kekuatan Pangeran Welang dan terancam
kalah.
Dari kisah itu
terlahirlah tari topeng, yang dengan cepat menyebar ke daerah-daerah lain
seperti Indramayu, Losari, Brebes, Subang, dan Jatibarang. Penari topeng
biasanya disebut dalang. Jumlah penarinya pun tidak disyaratkan terkadang solo
atau bahkan lebih dari 2 orang.
Dengan berkembangnya
tarian ini, warna topeng pun menjadi bervariasi, bahkan menurut Kompasiana.com
bentuk topeng terbagi menjadi 13 jenis, setiap warna memiliki makna khusus, dan
dalam satu warna terbagi beberapa bentuk topeng dengan karakteristik yang
berbeda-beda. Akhir-akhir ini warna yang sering digunakan adalah putih dan
merah. Bentuk topeng pun dipilih tergantung background temanya.
Pakaian yang
digunakan untuk tari topeng adalah kain batik Cirebon bergaya Losari. Musik
pengiring menggunakan tetaluan, barlen, ombak banyu, rumyang, pamindo,
bendrong, dan gonjing pangebat. Mungkin diartikel selanjutkan saya akan bahas
tentang alat musik tradisional dari Cirebon.
Tari Wayang
Tari
Wayang
Setelah ada kesenian
wayang golek, ternyata ada tariannya juga yang disebut Tari Wayang karena latar
belakang tarian ini seperti cerita wayang. Biasanya karakter penari diambil
dari salah satu karakter wayang golek, dengan gerakan tariannya mengikuti alur
cerita. Gerakan tarian terkadang seperti sedang berkelahi atau perang,
tergantung temanya. Jumlah penari pun dibebaskan, uniknya tarian ini lebih
banyak ditarikan oleh laki-laki.
Sekarang tari wayang
pun telah terbagi menjadi 3 kelompok yaitu Tari Tunggal, Tari Berpasangan, dan
Tari Massal. Pakaiannya pun disesuaikan dengan karakakter wayangnya sendiri,
biasanya laki-laki menjadi Arjuna atau Abimanyu. Dan wanita menjadi Subadra
atau Arimbi. Musik pengiring tari wayang adalah gamelan asal Jawa Barat.
Tari Ketuk Tilu
Tari Ketuk Tilu
Tari Ketuk Tilu
berasal dari Sunda, Jawa Barat. Kata tilu kalau diartikan ke bahasa Indonesia
artinya tiga. Menurut sejarahnya ada kemungkinan nama ketuk tilu diambil karena
iringan musik untuk tari ini mengeluarkan 3 suara.
Dahulunya, tarian ini
dipentaskan sebagai penyambutan datangnya masa panen dengan tujuan ungkapan
rasa syukur pada Dewi Sri. Namun seiring dengan zaman, tarian ini bersifat
hanya hiburan saja. Biasanya penarinya berpasangan namun terkadang juga solo dancer, dalam gerakan tari Jaipoing selalu menggunakan gerakan goyang,
muncid, geol, gitak, dan pencak. Kostum yang digunakan untuk pria adalah baju
kampret, celana pengsi dengan atribut golok. Sedangkan untuk wanita,
menggunakan kebaya dan sinjang dilengkapi selendang dan beberapa atribut
seperti gelung, sabuk, dan kalung. Musik pengiringnya adalah gong, kecrek,
kulanter, rebab, kempul dan kendang besar.
Tari Jaipong
Tari
Jaipong
Tari Jaipong berasal
dari Sunda, diciptakan oleh Gugum Gumbira. Tarian ini sangat dilestarikan oleh
orang-orang yang mencintai budayanya, sampai-sampai dibuka komunitas penari
Jaipong. Tarian ini menjadi salah satu tarian khas Jawa Barat dan dipentaskan
bila ada acara-acara pemerintahan, dan ketika acara pernikahan.
Tari Keurseus
Tari
Keurseus
Tari Keurseus berasal dari tanah Sunda,
kata ‘keurseus’ itu sendiri berasal dari bahasa Belanda yang artinya kursus.
Tarian ini dari seniman asal Cirebon. Awalnya tarian ini ditarikan oleh 2 orang
yaitu Bapak Kontjer dan Bapak Wentar, diluar dugaan tarian ini disenangi oleh
masyarakat, maka banyak orang yang ingin belajartarian
ini. Hingga sekarang, peminat tari Keurseus adalah pria.
Tari Keurseus pun
dibagi menjadi 3 jenis yaitu tari gawil, kawiran dan lenyepan. Gerakan tarian
keurseus hampir mirip dengan gerakan tari Tayuban. Tapi dalam 3 jenis itu,
masing-masing jenis memiliki karakteristik masing-masing.
Pakaian yang
digunakan adalah pakaian menak atau pakaian tradisional seperti baju takwa,
dilengkapi sinjang bermotif batik. Biasanya dilengkapi dengan tutup kepala
seperti bendo citak, dengan membawa keris sebagai aksesoris dipinggang.
Tari Buyung
Tari
Buyung
Tari Buyung berasal
dari Kuningan, Jawa Barat. Kata Buyung sendiri mengandung artian jenis tanah
liat yang digunakan oleh wanita zaman dulu untuk mengambil air. Tarian ini
tercipta oleh Emalia Djatikusumah, biasanya tarian ini diadakan saat upacara
seren tahun.
Uniknya selama
menari, para penari akan menopang tanah liat berbentuk mirip kendi, biasanya
orang zaman dulu menyebutnya ‘buyung’, buyung tersebut ditaruh diatas kepala
namun tidak boleh jatuh.
Konon katanya tiap
gerakan tari buyung ada maknanya, karena para penari akan melewati sesi dimana
mereka menari diatas kendi dengan membawa buyung diatas kepala. Makna yang
tersirat dari gerakan ini adalah seperti semboyan yang sering kita dengar yang
berbunyi “dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung” Tari buyung biasanya
ditarikan oleh para wanita, biasanya oleh 12 orang. Kostum yang digunakan
biasanya kebaya dilengkapi dengan selendang.
Tari Ronggeng Bugis
Tari
Ronggeng Bugis
Tari Ronggeng Bugis
berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Ronggeng disini artinya penari laki-laki yang
berpakaian wanita, dan ‘bugis’ adalah salah satu ras di daerah Sulawesi
Selatan. Tarian tersebut bertemakan komedi dan ditarikan oleh 12 hingga 20
orang laki-laki. Dalam tarian ini para penari akan menggunakan make up tebal,
bukan untuk terlihat cantik, namun untuk memberi kesan lucu. Bisa dilihat
sendiri di gambar kalau make up yang digunakan seperti topeng.
Musik yang digunakan untuk melatar belakangi
tarian ini antara lain gong kecil, kecrek, dan kelenang.
Komentar
Posting Komentar