Tarian Tradisional Jawa Timur
Tari Reog Ponorogo
Tari
Reog Ponorogo
Tari Reog berasal dari Ponorogo, Jawa
Timur. Biasanya dibawakan oleh 6-8 pria dan 6-8 wanita. Tarian ini melewati
beberapa sesi, sehingga memiliki durasi yang terbilang panjang.
Menurut sejarah, tarian ini diambil
dari perjalanan Prabu Kelana Sewandana yang sedang mencari pujaan hatinya,
perjalanan beliau ditemani oleh prajurit dan patihnya yaitu Bujangganong.
Hingga akhirnya bertemulah ia dengan Dewi Sanggalangit seorang putri Kediri.
Namun, ia akan menerima cintanya bila Sang Prabu berhasil menciptakan sebuah
kesenian.
Disinilah mulai terciptanya Tari Reog
demi membuktikan cinta Prabu Kelana pada Sang Putri. Ia meminta bala bantuan
prajurit-prajuritnya untuk mengisikan tarian yang diciptakannya.
Terciptalah 5 komponen penari yang
mengisi Tari Reog Ponorogo, yaitu :
- Prabu Kelono Sewandono
- Patih Bujangganong
- Jathil
- Warok
- Pembarong
Topeng yang digunakan pun tidak murah,
cara pembuatannya membutuhkan waktu yang tidak singkat. Pengrajin topeng reog
pun tidak cuman belajar 5 -12 bulan. rata-rata mereka menghabiskan 7-10 tahun
untuk belajar membuat topeng ini.
Untuk
mengetahui lebih lanjut tentang tarian ini pun memakan waktu yang lebih
panjang, karena tiap sesi penari akan diganti dengan tarian yang berbeda.
Seperti novel saja. Ada kata pengantar, pembukaan, isi
cerita, penutup dan prolog.
Tidak aneh, tarian ini sangat diminati
oleh wisatawan asing. Kita harus bangga punya budaya beraneka ragam.
Tari Gandrung Banyuwangi
Tari
Gandrung Banyuwangi
Tarian tradisional selanjutnya bernama
Tari Gandrung Banyuwangi berasal dari Banyuwangi, kata gandrung melambangan
panggilan Dewi Sri, dimana pada zaman itu Dewi Sri dianggap Dewi Padi yang
dapat memberi kesuburan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Tarian ini juga satu genre dengan
tarian Ketuk Tilu. Menurut sejarah, tarian ini muncul pada saat dibangunnya ibu
kota Balambangan, hingga akhirnya salah satu seniman menulis suatu makalah
tentang seorang lelaki yang keliling ke pedasaan dengan beberapa pemain
musiknya.
Cerita itu menjadi cerita rakyat yang
dibawa secara turun-temurun. Hingga akhirnya terciptalah Tari Gandrung
Banyuwangi, saat itu masyarakat yang menikmatinya akan memberi beberapa barang
seperti beras, pangan atau barang lainnya sebagai imbalan.
Kostum yang digunakan adalah baju dari
beludru, beserta atributnya. Di bagian kepala, menggunakan mahkota bernama
omprok, untuk bagian kakinya menggunakan samping batik. Dan musik pengiringnya
adalah kempul atau gong.
Tari
Wayang Topeng
Jika
di Jawa Barat ada tari topeng, di Jawa Timur pun sama. Kota Malang adalah asal
muasalnya lahir Tari Wayang Topeng, tidak diherankan lagi mengapa disebut tari wayang topeng, hal ini karena penari menggunakan
pakaian seperti wayang kulit. Dulunya
tari wayang topeng diadakan hanya sebagai pertunjukan ritual saja. Topeng disini dilambangkan sebagai rasa
apresiasi pada wajah nenek moyang. Dimana saat itu topeng memiliki arti
menghargai roh leluhur. Tidak heran, bila tarian ini sedikit bernuasana mistik.
Sejarah singkatnya tari wayang topeng
digunakan saat agama Islam memasuki wilayah Jawa, dan tarian ini dijadikan
salah satu trik untuk merebut hati orang Jawa yang saat itu agama Hindu masih
kental. Ternyata beda dengan Tari Topeng asal
Jawa Barat yang menggunakan background sejarah wayang golek. Tari topeng Jawa
Timur ini mengisahkan cerita Ramayana dan Panji. Musik pengiring yang digunakan adalah
bonang, gong, gamelan dan kendang.
Tari Jaranan Buto
Tari
Jaranan Buto
Tarian traidisional berikut berasal
dari Banyuwangi, Jawa Timur. Kata ‘buto’ mengandung arti raksasa. Jadi, tari
jaranan buto mengandung arti kuda lumping raksasa. Tarian ini biasanya dimainkan oleh
16-20 orang. Hanya saja, tarian ini pun hampir musnah, biasanya tarian ini
dipentaskan ketika ada acara khinatan dan pernikahan. Penarinya pun rata-rata
laki-laki.
Bisa dilihat pada gambar, mereka
bermake up tebal dan sangat menyeramkan. Konon katanya karena Jaranan Buto
diambil dari Menak Jinggo. Sosok manusia yang berwajah raksasa.
Gerakannya pun terkadang ekstrim, ada
akting bertengkar. Hati-hatilah kamu bila ingin mengikuti tarian ini, tidak
aneh bila di akhir acara salah satu pemain akan kesurupan. Musik yang digunakan adalah kendang,
dua gong besar, kecer, dua bonang, dan kempul terompet.
Tari Remo
Tari
Remo
Tarian tradisional selanjutnya adalah
Tari Remo. Zaman dulu tari remo menjadi salah satu tarian untuk menyambut tamu
agung. Tarian ini diciptakan oleh pengamen
saat tempo dulu. Pada masa itu, memang hampir kebanyakan orang diharuskan untuk
bisa menari. Bahkan pengamen pun bisa menari.
Biasanya tarian ini ditarikan oleh
laki-laki, namun seiring dengan zaman tarian ini boleh dibawa oleh perempuan
hingga dimunculkan nama tarian Tari Remo Putri. Dulunya, tarian ini sebagai
pembuka pertunjukan ludruk. Seiring dengan zaman tarian ini dipentaskan setiap
ada pertunjukan kesenian.
Busana
yang digunakan pun berbeda-beda yaitu busana gaya Surabayan, gaya malangan,
remo putri, jombangan, dan sawunggaling. Musik pengiringnya adalah gamelan.
Tari Glipang
Tari
Glipang
Pertama saya lihat tarian tradisional
ini, yang dilihat adalah pakaian. Karena pakaian yang digunakan seperti pakaian
untuk laki-laki, dan alat musik yang ditabuh seperti yang digunakan di negara
Arab. Tarian ini biasanya ditarikan oleh
laki-laki. Sedangkan tarian yang saya lihat ditarikan oleh perempuan. Ternyata
tarian ini menceritakan tentang prilaku para penjajah saat itu. Nama Glipang itu sendiri berawal dari
kata Gholiban diambil dari bahasa Arab yang artinya kebiasaan.
Sejarah
singkatnya, tarian ini dibuat oleh Seno Truno, saat ia bekerja sebagai mandor
penebang tebu di perusahaan milik Belanda. Karena sikap Belanda yang
sewenang-webang membuat ia berhenti bekerja. Ia pun berinisiatif membuat tarian
yang menggambarkan sejarah kehidupannya.
Kalau dilihat dari gerakannya, ia
seperti berada dalam posisi kuda-kuda seakan mau menyerang, gerakan yang seolah
gagah perkasa mencirikan koloneal Belanda yang ingin dipandang tinggi. Kesan
kakunya menandakan emosional. Adapun beberapa gerakan, dimana tangan memegang
pinggang, bila diartikan dalam kehidupan sehari-hari, gerakan tersebut sangat
tidak sopan. Namun
seiring dengan zaman, tarian tersebut sedikit dipoles untuk menandakan keadaan masyarakat, yang saat itu mayoritas
prajurit yang melawan para penjajah.
Tari Beskalan
Tari
Beskalan
Tarian ini berasal dari Malang, Jawa
Timur. Beskalan diambil dari kata ‘bakalan’. Tarian ini sangat tua,
diperkirakan salah sudah berusia ratusan tahun. Bila dilihat dari gerakan menarinya,
tarian ini menampilkan keanggunan seorang wanita, wanita yang feminim, lincah
dan dinamis.
Jika kamu tidak peka dengan jenis
tarian, mungkin kamu akan mengira tarian ini adalah tari Jaipong. Karena memang
mirip sekali. Tapi hal ini bisa dibedakan dari bahasa Sindennya. Pakaian yang digunakan adalah Wedokan,
semyok, khiasan kepala ( sanggul ), slendang, dan atribut lainnya. Alat musik pengiringnya adalah kendang,
jidor, sinden dan lain-lain.
Komentar
Posting Komentar